Rabu, 14 Oktober 2020
Minggu, 21 Agustus 2016
00.23 by Eko RaishaNo comments
Minuman coklat. Siapa yang tidak suka dengan minuman ini. Asal ada kata kunci ‘coklat’ orang akan langsung membayangkan betapa lezatnya minuman yang satu ini. Lihat saja segala aneka makanan yang telah ‘terkontaminasi’ dengan coklat ini begitu diserbu oleh semua kalangan penyinta coklat; permen rasa coklat, kue bertabur coklat, bakery coklat, roti isi coklat bahkan balita pun memilih susu formula mereka dengan rasa coklat. Hmmm… coklat memang benar-benar luar biasa. Rasa yang lezat dan konon yang membuat penikmatnya menjadi rileks ini benar-benar menjadi candu yang nyata, sepakat? :)
Begitu juga dengan saya dan suami. Suatu malam saat menyusuri
jalan raya menuju rumah, kami melewati kedai es coklat yang lumayan masih baru
berdiri. Sebenarnya sudah berkali-kali kami melewatinya tapi entah mengapa
malam itu tiba-tiba saya menyeletuk, “ jadi pengin es coklat…” –modus, hehe— Suami
sudah akan balik arah untuk membeli es coklat ini, tapi buru-buru saya
mencegah. Buat sendiri saja lebih puas, kata saya waktu itu –prinsip ekonomi a
la ibuk-ibuk diaplikasikan secara nyata, ehehehe…--
Singkat cerita di lain waktu, kami benar-benar sudah akan
membuatnya. Bahan-bahan juga sudah dibeli. Baca referensi sana sini pun iya. Dan nah,
ternyata es coklat ini juga memakai susu segar sebagai bahan utamanya. Kalau bahan
ini sih tak perlu mencari-cari karena sudah ada stok melimpah di freezer rumah,
hehe… Dan saya baru sadar ‘mungkin’ kedai-kedai susu segar pastilah ada menu
susu coklat ini. Karena jujur saya ( dan suami juga) bukan tipe orang yang
gemar menjelajah alam kuliner yang ada, coba kedai sana penasaran sama rumah
makan yang terkenal itu, tapi saya adalah tipe orang yang ‘kepinginan’ dan
penasaran dengan cara membuatnya (meskipun saya tidak jago masak). Jadilah
eksperimen-eksperimen yang saya coba mungkin jauh dibawah standar orang-orang
kebanyakan, tapi begitu wah bagi suami dan anak saya, hehehe, maksa. Yah, mau bagaimana lagi, adanya koki di rumah itu-itu saja sih. *Pasrah*
Tapi bolehlah eksperimen saya yang satu ini saya bagi disini.
Mungkin bisa jadi inspirasi bagi penikmat susu kambing segar yang masih
ragu-ragu dengan ‘bau prengus’ yang melabeli susu segar ini.
Bahan :
·
2
bungkus @200 ml susu kambing segar
·
75
gram Dark chocolate
Sebenarnya
ini ilmu kira-kira saja. Jadi saya beli dark chocolate yang 8 ribuan lalu saya
potong menjadi dua seperti ini
·
2
sdm gula pasir/gula halus
·
1
sdt ekstrak vanilli
·
1
sdm coklat bubuk
·
Es
batu secukupnya
Cara membuat :
- · Cairkan susu kambing segar frozen beserta bungkusnya ke dalam baskom yang berisi air biasa. Tunggu hingga mencair sempurna.
- · Lelehkan dark chocolate dengan cara di tim. Ilmu ini sebenarnya saya dapatkan dari tips membuat brownies, hehe… Dengan di tim, coklat tidak akan gosong. Di referensi-referensi es coklat yang saya baca, seharusnya coklat dimasak dengan susu segar hingga mendidih dan larut. Tapi berhubung ini susu kambing segar (mungkin susu sapi segar juga sama) maka hal itu tidak saya lakukan khawatir kandungan susu kambing segar ini akan rusak jika dimasak hingga mendidih. Alternatifnya ya salah satunya dengan cara melelehkan coklat terlebih dahulu.
- · Setelah susu kambing mencair, masukkan sebentar ke dalam magic com agar lemak-lemak yang membeku juga ikut larut. Atau bisa juga dimasukan ke dalam bekas air tim coklat tadi beberapa detik.
- · Campur susu kambing segar hangat dengan dark chocolate yang telah dilelehkan tadi. Aduk-aduk sampai susu dengan coklat leleh campur dengan rata. Suhu susu yang hangat akan memudahkan coklat larut bersama susu.
- · Masukkan susu ke dalam blender. Tambahkan gula pasir, ekstrak vanilli dan coklat bubuk. Atur dengan kecepatan tinggi hingga coklat susu berbuih.
- · Matikan blender. Masukkan es coklat ke dalam gelas saji.
- · Tambahakan es batu dan es coklat siap disajikan.
Dua bungkus susu kambing segar seharusnya untuk dua porsi saja. Berhubung di rumah ada tiga kepala, maka mau tidak mau saya jadikan tiga porsi untuk kesetaraan, hehe… Anggota keluarga yang ke-tiga ini sangat hobi dengan susu kambing segar maka ketika melihat saya mengeluarkan susu kambing frozen dari freezer dia sangat heboh. Apalagi susu ini ditambah dengan ‘ramuan sakti’, alhasil minta nambah, hehe…
Semoga bermanfaat
dan selamat mencoba. :)
Selasa, 26 Juli 2016
09.07 by Eko RaishaNo comments
Selama saya masuk di dunia per-susukambing-an ini sudah jamak saya mendengar dan ataupun membaca artikel perihal keunggulan susu kambing terutama untuk mengobati berbagai macam penyakit. Artikel yang saya baca kebanyakan dari blog-blog penjual susu kambing juga yang dengan segala keunggulannya mempromosikan susu ini. Saya tahu memang susu kambing ini sangat bagus dan bermanfaat yang sangat dilazimi Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam melalui kisah-kisah yang saya pernah baca. Tetapi justru baru tahu dari artikel-artikel tersebut tentang khasiat yang sebegitu banyaknya, terutama untuk mengobati penyakit kronis. Dan jujur, saya tidak berani mengunggul-unggulkan susu ini berkhasiat untuk mengobati penyakit tertentu karena memang saya bukan periset yang tahu betul kandungan dan khasiat susu ini secara jauh. Saya hanya memaparkan hal-hal umum saja dan berbagi pengalaman yang telah saya alami dengan susu kambing ini. Hanya saja, saya mempersilakan konsumen dan calon konsumen untuk mengonsumsi sesuai dengan keyakinan akan khasiat dan manfaat susu ini. Jadi ketika ada calon konsumen menginginkan susu ini dan saya iseng bertanya untuk apa, saya cukup mendo'akan 'syafakallah, semoga Allah menyembuhkan dan semoga susu ini bisa menjadi jalan kesembuhan bagi penyakit yang diderita' kalau susu ini digunakan sebagai obat. Atau 'semoga cocok dengan susu ini' jika susu ini digunakan selain sebagai obat, misal digunakan sebagai sarana kecantikan dan lain sebagainya.
Sampai suatu ketika ada seorang calon konsumen menanyakan perihal susu kambing ini melalui pesan singkat. Konsumen ini menginginkan susu kambing segar untuk obat bagi ayahnya yang menderita penyakit TBC. Ayahnya berusia 62 tahun. Sudah tiga kali ini penyakit TBC-nya kambuh. Penyakit TBC-nya ini tergolong parah, batuk-batuknya sampai mengeluarkan darah. Pernah diopname di RSUP Sardjito pula. Bobot ayahnya pun menurun sangat drastis, tambah konsumen ini. Ketika saya tanya, apakah ayahnya ini seorang perokok berat, jawabannya bukan. Hanya saja, tempat ayahnya bekerja ini tepat di selatan terminal induk. Mungkin dari situ paru-parunya terpapar sagala macam polusi. Bisa pula menjadi perokok pasif mengingat terminal adalah tempat yang sembarang orang bisa masuk ke dalamnya.
Tiap pekan konsumen ini rutin mendatangi kediaman kami untuk mengambil susu kambing cair segar ini. Satu liter susu sekali ambil untuk stok pekan itu. Sekitar 3-4 kali pengambilan, bertepatan pula dengan hari Raya Iedul Fitri kemarin. Karena kesibukan kami terpaksa penyediaan susu kambing cair segar ini kami tutup dulu. Konsumen ini berkali-kali tanya hingga kapan susu ini ada kembali karena namanya buat obat jadi harus rutin dikonsumsi agar hasil juga maksimal.
Setelah kesibukan kami ber-hari raya selesai barulah stok susu kami adakan kembali. Saya hubungi beliau bahwa stok susu sudah ada. Satu pekan dua pekan tidak ada respon. Hingga suatu ketika beliau menghubungi kembali dan mengabarkan bahwa sore itu akan mengambil susu tapi dua bungkus saja. Kok tumben hanya dua bungkus biasanya satu liter, batin saya heran. Ketika beliau datang sore harinya, saya tawarkan lagi pembelian satu liter susu sekalian karena harga jauh lebih murah jika pembelian minimal satu liter, apalagi jarak antara rumah beliau dengan rumah kami cukup jauh jadi bisa irit ongkos perjalanan. Tapi jawab konsumen ini, "Cukup dua bungkus saja karena ayah saya sekarang sudah mendingan... " sambil tersenyum. Alhamdulillah, respon saya reflek kala itu.
Ternyata ikhtiar dua bulan terakhir ini membuahkan hasil. Meskipun belum sembuh secara sempurna tetapi ada peningkatan menuju kesana. Saya tidak berani mengatakan bahwa semua ini berkat susu kambing cair segar ini, tapi yang pasti kesembuhan ini murni pemberian Allah. Bisa jadi salah satunya melalui ikhtiarnya ini dengan mengonsumsi susu kambing segar ini, wallahu a'lam. Yang jelas saya ikut senang mendengar kabar ini. Karena barang yang kami tawarkan ternyata berefek nyata, wallahu a'lam, meskipun sebelumnya kami tidak tahu jadi belum bisa membuktikannya.
Karena ternyata, susu kambing mengandung flourin yang tinggi dengan kadar 10-100 kali lebih tinggi daripada yang terkandung di dalam susu sapi. Unsur ini merupakan antiseptik natural yang mengandung elemen pencegahan tumbuhnya bakteri didalam tubuh. Kehadiran flourin akan meningkatkan daya tahan tubuh dan menekan aktivitas pertumbuhan bakteri, sehingga bakteri TBC tidak lagi berkembang biak.
Susu kambing juga mengandung natrium yang tinggi. Dalam kasus penyakit TBC, salah satu pemicunya adalah malnutrisi. Dengan pemberian susu kambing secara rutin setiap hari, natrium yang terdapat didalamnya berfungsi menghambat malnutrisi tersebut. Dugaan orang yang menyatakan bahwa bakteri TBC bisa berkembang biak dalam susu kambing tidaklah benar. Hal ini sudah dibuktikan oleh Dr. Bernard Jensen, Ph.D, seorang nutritionis di Amerika yang meneliti manfaat susu kambing.
Disebabkan kandungan gizinya, susu kambing bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh penderita TBC. Disamping itu, flourinnya mencegah percepatan perkembangan bakteri TBC sebagai kerja antiseptiknya, memberi perlindungan jaringan paru-paru, serta memroteksi ginjal dan hati. Kandungan lemak dalam susu kambing berfungsi sebagai zat pembakar sehingga tubuh penderita menjadi hangat. Dengan demikian, susu kambing ini mempunyai efek ganda, untuk perlindungan, pencegahan sekaligus penyembuhan.
Nah, tidak ada salahnya bagi penderita penyakit TBC untuk mencoba susu kambing cair segar ini sebagai terapinya. Seperti konsumen saya ini, beliau memang sengaja mencari susu kambing yang murni segar untuk pengobatan ayahnya. Meskipun susu ini dalam keadaan beku, insya Allah kandungannya masih sama dengan kandungan susu kambing cair segar sehabis perah langsung. Susu dalam keadaan beku justru agar kandungan tetap terjaga dan tidak rusak meskipun proses pemerahan sudah berlansung beberapa hari sebelumnya, bahkan beberapa pekan sebelumnya. Ya, karena susu kambing segar ini bisa bertahan hingga 35 hari dari pemerahan asal disimpan didalam freezer (dalam keadaan beku).
Semoga bermanfaat dan selamat mencoba...
Minggu, 20 Maret 2016
08.58 by Eko RaishaNo comments
Inilah kisah terakhir yang dapat saya sajikan mengenai pelaziman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terhadap susu kambing ini. Sebenarnya kisah ini tidak dialami langsung oleh Rasulullah sendiri tapi orang lain. Kisah ini saya sajikan sebagai tambahan atau bonus dari serangkaian kisah pengonsumsian susu kambing yang memang sepertinya sudah sangat lazim. Kisah ini terjadi di masa kekhalifahan Amirul Mukminin `Umar ibn Khatab dan sudah sangat mahsyur. Jika Anda mempunyai seorang balita atau anak di usia-usia SD dan sering membelikan buku atau video tentang kisah-kisah Islam, mungkin kisah ini termasuk didalamnya karena memang kisah ini sangat terkenal.
Khalifah `Umar ibn Khatab sendiri adalah khalifah yang pertama kali mendapat gelar Amirul Mukminin. Sejak kecil di masa Jahiliyah dia sudah ditempa dengan kehidupan yang keras penuh tanggung jawab oleh ayahnya, Al-Khatab, dengan membawanya ke dunia gembala. Bahkan dia juga mengembala kambing dan unta dari beberapa bibinya dari Bani Makhzum. Semua itu membuat `Umar ibn Khatab mewarisi pelbagai sifat positif pada dirinya seperti sifat tegar menanggung beban dan berani menghadapi sesuatu. Postur tubuhnya yang tinggi besar (seolah-olah ia sedang mengendarai kendaraan karena saking tingginya), tubuhnya kuat dan tidak lemah. Kalau berjalan, jalannya cepat, kalau berbicara, omongannya didengar dan kalau memukul, pukulannya menyakitkan. Sejak muda, dia sudah terampil dalam berbagai bidang olahraga. Ia terampil bermain gulat dan pandai menunggang kuda. Umar juga terkenal sebagai orang yang pandai, cerdas, bijaksana, bicaranya fasih, pendapatnya baik, kuat, penyantun, terpandang, argumentasinya kokoh dan bicaranya jelas. Karena kelebihan-kelebihan yang dimilikanya itu, tidak heran jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun mendo'akan kebaikan baginya, " Ya Allah, muliakanlah/kokohkanlah Islam dengan orang yang paling Engkau cintai dari kedua orang ini: dengan Abu Jahal bin Hisyam atau dengan Umar bin Al-Khatab." (HR. At-Tirmidzi). Dan ternyata Umar lah yang mendapat cahaya Islam itu. Karena pada masa-masa awal datangnya Islam, agama ini masih sangat lemah dan sangat membutuhkan orang-orang seperti Umar ini agar mental umat Islam pada waktu itu semakin kuat dan kokoh.
Sifat-sifat tersebut terus melekat dalam diri Umar sampai masa kenabian Rasulullah bahkan pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq, terutama sifat keras dan tegas. Saat Abu Bakar sakit dan merasa hidupnya tidak lama lagi, Abu Bakar meminta pendapat dari para sahabat perihal pilihannya terhadap Umar untuk meneruskan tampuk kekhalifahan, setelah sebelumnya para sahabat menyerahkan kembali persoalan ini kepada Abu Bakar. Pada umumnya, mereka memiliki persepsi yang sama terhadap Umar, kecuali Thalhah bin Abdullah. Thalhah khawatir terhadap sikap Umar yang terkenal keras dan kasar.
Lalu Abu Bakar meminta Thalhah untuk duduk disampingnya, lalu mengatakan, "Apakah karena Allah kalian takut kepada saya? Sungguh merugi orang yang memimpin kalian dengan zalim alias sewenang-wenang. Aku pernah berdo'a kepada Allah, "Ya Allah, aku telah mengangkat orang terbaik dari hamba-Mu sebagai penggantiku untuk memimpin mereka, maka jelaskanlah kepada mereka mengenai penyebab kekerasan dan kekasaran sifat Umar!" Selanjutnya Abu Bakar mengatakan, "Umar bersikap demikian karena melihatku bersikap terlalu lemah. Sekiranya dia telah menjabat sebagai khalifah, niscaya dia akan meninggalkan banyak dari sifatnya itu." Dan ternyata firasat Abu Bakar itu tepat, Umar sangat ditakuti musuh karena sifat kerasnya ini akan tetapi disisi lain dia bersikap lemah lembut dihadapan rakyatnya. Umar sangat memerhatikan keadaan kaum wanita di tengah-tengah masyarakat, khususnya yang sudah lanjut usia dan juga memperhatikan hak-hak para janda.
Sejarawan menyebutkan bahwa Abdullah bin Mas'ud pernah menjabat sebagai pemimpin patroli/ronda pada masa pemerintahan Abu Bakar. Pada masa pemerintahan Umar, ia sendiri yang langsung memimpin patroli/ronda di malam hari. Dalam melakukan tugas ini, Umar biasanya ditemani Aslam, maula Umar. Terkadang ditemani Abdurrahman bin 'Auf. Hal ini sangat membantu Umar untuk mengetahui kondisi riil masyarakat. Di Madinah -yang saat itu menjadi ibukota dan pusat pemerintahan negara Islam- Umar biasa menelusuri lorong-lorong kota di tengah malam untuk mengetahui kondisi riil rakyat yang dipimpinnya, dan untuk mendengar langsung apa-apa yang menjadi keluhan mereka.
Dirawikan dari Aslam, maula Umar, ia bercerita, "Ketika saya bersama Umar melakukan patroli/ronda di Madinah, ia merasa kelelahan, lalu ia bersandar di sebuah dinding rumah di tengah kegelapan malam. Dari dalam rumah terdengar suara seorang wanita yang mengatakan kepada putrinya, "Wahai putriku, bangunlah! Campurlah susu ini dengan air!" Putrinya menjawab, "Wahai ibuku, apakah ibu belum tahu kebijakan Amirul Mukminin?" "Apa kebijakan Amirul Mukminin itu?" tanya sang ibu. Putrinya menjawab, "Amirul Mukminin pernah menyuruh pembantunya untuk menyerukan, "Susu (dagangan) tidak boleh dicampur dengan air." Si ibu berkata, "Wahai putriku, bangunlah dan campurlah susu itu dengan air! Kamu sekarang berada di tempat, di mana Umar dan pembantunya tidak melihatmu." "Demi Allah, aku bukanlah orang yang mematuhi dia di tempat ramai dan mendurhakai dia di tempat sepi," kata putrinya. Umar mendengar semua percakapan antara ibu dan anak ini. "Hai Aslam, tandailah rumah dan lokasi ini!" kata Umar. Lalu Umar melanjutkan ronda sampai pagi.
Pagi harinya, Umar mengatakan kepada saya, "Hai Aslam, pergilah ke lokasi rumah yang tadi malam! Selidikilah siapa kedua wanita itu, apakah mereka bersuami?" Saya lalu mendatangi lokasi rumah itu. Setelah kuselidiki, ternyata putri wanita itu masih gadis dan belum bersuami. Saya menemui Umar dan menyampaikan kabar ini kepadanya. Umar lalu memanggil dan mengumpulkan putra-putranya. Kepada mereka Umar mengatakan, "Adakah diantara kalian yang masih membutuhkan istri? Seandainya ayah kalian masih berhasrat memiliki seorang istri, maka tidak seorangpun diantara kalian yang dapat mengunggulinya untuk mendapatkan gadis itu." "Aku sudah punya istri," kata Abdullah. "Aku juga sudah punya istri," kata Abdurrahman. "Aku belum punya istri, maka nikahkanlah gadis itu dengan saya!" kata 'Ashim. Umar lalu menikahkan gadis itu dengan 'Ashim. Dari pernikahan ini, 'Ashim dikaruniai seorang anak perempuan dan anak perempuan itu melahirkan seorang anak perempuan, lalu anak perempuan itu melahirkan Umar bin Abdul Aziz." (Ibnu Al-Jauzi, Manaqib Amir Al-Mukminin, hal. 89-90)
Ibnu Abd Al-Hadi mengatakan, " Sebagian sejarawan berpendapat demikian. Menurut hemat saya, riwayat ini tidak benar. Yang benar, dari perkawinan itu, 'Ashim dikaruniai seorang anak perempuan, lalu anak perempuan itu melahirkan Umar bin Abdul Aziz." (Mahdh Ash-Shawab, 1/391). Wallahu a'lam
Begitulah kisah seorang gadis pemerah susu kambing yang terekam dalam sejarah akan kejujurannya. Kejujurannya ini membuat Umar ibn Khatab terharu dan menjadikannya sebagai istri untuk salah satu anaknya. Dan ketajaman firasat Umar memang terbukti dengan lahirnya seorang keturunan dari perempuan itu seorang khalifah yang tidak jauh berbeda dari sifat Umar sendiri, yakni Umar bin Abdul Aziz. Wallahu a'lam.
Rabu, 02 Maret 2016
04.19 by Eko RaishaNo comments
Ahad pagi kemarin kami pergi ke klinik hewan langganan untuk melepas infus yang terpasang di kaki kucing kami, Opu. Saya bilang langganan karena sudah beberapa kali kami bolak-balik ke klinik tersebut untuk check up Opu yang tengah terserang virus. Meskipun begitu, berkunjung ke klinik tersebut seolah menjadi hiburan tersendiri buat balita kami. Karena di depan ruang tunggu terdapat LCD TV yang terpajang di tembok. Bukan TV nya yang menakjubkan bagi dia (meskipun seringnya memang seperti itu karena memang di rumah kami tidak ada TV dan balita kami selalu takjub akan TV di tempat-tempat yang kami kunjungi yang tentu ada TV nya, hehe...) tetapi tayangannya. Beberapa kali kami berkunjung kesana TV tersebut sedang menayangkan dunia hewan. Ya, TV langganan kesukaan balita saya. Pekan sebelumnya tentang ikan hiu yang menjadi monster bagi para pelayan, pekan sebelumnya lagi tentang domestic animals yang lucu-lucu, entah tayangan apa untuk kunjungan kali ini :)
Sesampai disana ternyata kami harus antri, karena disana sedang ada pasien yang harus ditangani. Nomer antrian sebelum kami pun masih setia menunggu dengan kucingnya yang ada di dalam keranjang. Kami duduk di kursi tunggu seperti biasa dan anteng menatap layar di tembok. Tapi tunggu, ternyata tayangan kali ini bukan TV langganan seperti biasa tetapi tayanga stasiun TV swasta. Tapi lumayanlah, tayangannya mengenai sebuah ekspedisi ke sebuah pulau di negeri ini. Di tayangan tersebut diceritakan tentang cara pembuatan sebuah kapal kalau tidak salah (suara tidak begitu jelas karena klinik agak bising dengan suara binatang dan kesibukan orang-orang) jadi beberapa kali men-shoot gambar kapal. Ini membuat balita kami tertarik dengan tayangan ini dan duduk manis sambil sibuk mengomentari kapal-kapal tersebut.
Kami masih diminta sabar untuk menunggu giliran karena antrian di depan kami sedang ditangani sekarang. Penanganan agak lama karena ternyata kucing yang dibawa tengah sakit hepatitis dan harus dirawat inap. Tayangan di TV pun berganti. Balita kami mulai cari kesibukan lain seperti biasa (mondar-mandir cari lapak lain,wew...) karena tidak cocok dengan tayangan yang ada; tentang fashion. Tayangan yang berjudul 'dua jilbab' (bukan judul sebenarnya) mulai mewarnai layar. Tayangan diawali dengan pengenalan terhadap duo cantik presenternya. Dilihat dari presenternya saya sudah mulai bisa menebak kemana arah tayangan tersebut. Apalagi dilihat dari dandanan hijab (kata mereka hijab dan sering disebut hijabers) duo presenter ini yang modis.
Di tengah acara terdapat peragaan busana hijaber versi masing-masing presenter (sepertinya begitu karena saya hanya lihat dari tulisan yang terpampang, lagi-lagi saya tidak bisa menangkap suaranya). Satu demi satu model keluar memamerkan busananya yang berlokasi di kolam renang di sebuah hotel. Tapi ternyata peragaan ini berbeda dengan peragaan yang biasa dilakukan di catwalk. Di peragaan ini sangat ditampilkan detail dari busana tersebut; mulai dari bahan, potongan busana, detail hijab, detail lidah kancing sampai kolor celananya (saya lupa istilahnya apa). Tentun saja dengan shoot yang begitu dekat dan diperbesar agar detail lebih jelas terlihat. Dari situ saya mulai risih dengan tayangan itu. Shoot dekat hijab dengan wajah yang selalu tersenyum manis, shoot dimulai dari arah dagu sang model. Wajah ayu dengan make up sempurna mewarnai layar kaca berukuran 34 inchi. Lalu berlanjut ke detail manset kemeja, jari tangan yang lentik sang model memamerkan detail manset tersebut. Berlanjut lagi ke lidah kancing kemeja, shoot dekat memamerkan detail tersebut yang terpampang jelas di depan dada sang model dengan tangan yang menjelujur di sepanjang lidah kancing kemeja tersebut. Ah, dari sini saya sudah mulai gerah dengan tayangan tersebut. Masih dilanjutkan dengan detail celana tanpa resleting tetapi berupa ikatan-ikatan tali yang saya sendiri lupa namanya di depan alat vital. Stop, stop. Saya benar-benar risih dengan tayangan ini.
Tayangan yang berbeda jauh dari konteks judulnya, dua jilbab. Jilbab yang hakikatnya juga dipakai sebagai tameng badan agar badan tidak terumbar sedemikian rupa justru disini dipamerkan dengan dalih untuk melihat detail busana yang katanya 'hijab' itu. Prinsip hijab juga sepertinya sudah ditanggalkan, dada yang begitu mencolok kelihatan serta saya pun bisa melihat secara gamblang bentuk tubuh sang model meski kemeja-kemeja yang dipakai memang terlihat 'agak' gombrong. Saya ber-husnudzon bahwa yang meng-shoot gambar adalah seorang kamerawoman bukan kameraman. Akan tetapi lihatlah pemirsa tayangannya siapa, apa bisa menjamin kalau pemirsanya adalah hanya para wanita sedangkan TV swasta tersebut menjelajah ke pelosok negeri? Tidak usah jauh-jauh lah sampai ke pelosok negeri, saat tayangan tersebut berlangsung di klinik ada tambahan seorang mas-mas yang antri dibelakang saya untuk grooming kucing persianya. Saya sebagai perwakilan wanita di ruangan itu saja merasa malu akan cara peragaan model tersebut (lah saya siapanya model tersebut coba, hehe...)
"Aduh mak, emak-emak ini ndeso deh, jilbab itu sekarang sudah menjadi fashion. Harusnya bersyukur karena dengan di-fashion-kan jilbab itu jadi tambah dikenal masyarakat. Orang yang dulu enggan berjilbab pun akan tertarik untuk berjilbab tanpa kita harus mengadakan pengajian-pengajian. Jilbab kan wajib mak sedangkan orang kalau disuruh ikut pengajian juga susah. Alhamdulillah dong tanpa pengajian pun orang akan berbondong-bondong memakai jilbab." Komentar seperti ini bisa didapatkan dari orang yang melek fashion, baju dan segala aksesoris yang dipakai selalu up to date. Tapi maaf kalau saya bilang, justru seperti inilah yang tidak berprinsip dan cenderung ikut-ikutan. Yang namanya jilbab dari dulu saat syari'at jilbab itu diturunkan hingga esok kiamat pun masih tetap sama, pakaian longgar yang menutupi seluruh badan, yang tidak membentuk tubuh, yang menutup dada, yang tidak tipis tidak menerawang dan yang yang lainnya. Tidak ada itu yang katanya jilbab/hijab yang mengikuti tren atau model. Adakah menemukan Al Qur'an itu mengikuti tren dan model? Tentu saja tidak! Dari Al Qur'an diturunkan hingga kiamat kelak juga seperti itu adanya, tidak berubah sama sekali. Lagipula memakai jilbab juga tidak butuh pengajian (kalau misalnya ada juga kajian seperti itu bagus juga untuk menambah ilmu) tapi penting untuk dikaji. Kaji ilmunya dengan benar. Jangan sembarangan ikut-ikutan. Kalau kita sudah tau ilmu dan syari'at nya insya Allah langkah yang diambil pun akan tepat.
Di dalam QS. An Nur ayat 31 disebutkan, "... Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan..." Ini bisa diartikan larangan berlaku tabarruj didepan umum. Memamerkan perhiasan yang dipakai didepan umum dan bersolek. Adapun bersolek bagi wanita yang sudah bersuami didepan suaminya justru sangat dianjurkan untuk menyenangkan hati suami. Beda cerita bagi wanita yang belum menikah, mereka bersolek untuk siapa? Senyum sembarangan diumbar untuk siapa? Yang ini malah justru merelakan tubuhnya untuk di shoot secara dekat dengan dalih untuk memperjelas detail baju. Jilbab juga semestinya digunakan untuk mengendalikan diri, membatasi tingkah laku kita dan tentunya sebagai pembeda antara kita wanita muslim dengan wanita non muslim lainnya. Astaghfirullah... Ini juga berlaku bagi saya pribadi.
Di awal tahun 2000-an saat jilbab tidak sebanyak sekarang, di sekolah-sekolah pun masih sedikit yang memakai (tahun pertama SMP, tahun berikutnya jilbab sudah mulai menjamur. Ini masih di taraf sekolah) saya mulai mengenakan jilbab untuk di rumah dan segala aktifitas sehari-hari. Di kampung saya mungkin baru saya yang membiasakan jilbab di rumah pada saat itu (saudara jauh saya juga sebenarnya sudah banyak yang memakai jilbab untuk kesehariannya, tapi saat itu mereka tidak tinggal di kampung saya, mereka tinggal di perantauan). Pada awalnya saya sangat merasa malu, mau keluar rumah pakai jilbab rasanya iya tapi tidak. Lepas jilbab pakai lagi, lepas lagi pakai lagi, itu yg terjadi di dalam rumah saat hendak beraktifitas di luar rumah. Akhirnya saya nekat memakai jilbab ini. Deg-degan luar biasa. Jalan hanya menunduk karena merasa diikuti oleh ekor mata tetangga. Sampai ada seseorang yang bilang saat itu kepada saya, "Kalau aku yang penting yang dijilbabi hatinya dulu, baru nanti jilbab kerudung yang dipakai. Kalau sekarang pakai jilbab tapi hatinya belum dijilbabi aku takut, itu kan konsekuensinya berat..." Waktu itu saya ingin menyanggah, lho justru konsekuensinya lebih berat kalau kita tidak memakai kan? Bukan masalah hati karena memakai jilbab itu menuntut amalan badan bukan hanya sekedar amalan hati atau niat. Tapi karena waktu itu saya masih deg-degan awal pakai jilbab dan orang yang bilang seperti itu lebih tua dari saya, saya hanya tersenyum dan diam saja. Hanya dalam hati bilang, ihh kayak judul Qasidahan Nasidaria saja jilbab hati, hehe...
Berbeda dengan saat ini yang dengan mudahnya kita menemukan muslimah yang memakai jilbab. Justru sekarang jadi aneh kalau ada muslimah yang tidak memakai jilbab apalagi untuk aktifitas luar rumah seperti saat bepergian. Dulu saat saya mencari jilbab di pasar, model yang ada hanya itu-itu saja; kain segi empat yang dipakai menjadi kerudung segitiga. Jilbab instan pun tidak semua toko menyediakan. Tapi sekarang, tidak hanya di jalanan kota besar, di jalanan pelosok pun kita akan sangat mudah menemukan gerai jilbab yang menyuguhkan beraneka ragam bentuk dan merk jilbab. Mulai dari jilbab yang dipakai penjual sayur di pasar hingga jilbab yang katanya keluaran artis anu menjamur luas. Maka dari itu mungkin komentar yang didapatkan akan berbeda jika dibanding dengan komentar tahun 2000an lalu, "Lho jilbab gini-gini (jilbab ngetrend yang terkadang belum memenuhi syari'at) yang penting aku sudah melaksanakan kewajibanku sebagai muslimah. Kewajibanku gugur. Berubah ke arah lebih baik itu butuh proses, tidak bisa seketika saat itu juga berubah total. Butuh kesiapan mental juga..." Senada dengan alasan jaman dulu sebenarnya. Sudahlah, kalau sudah tau bahwa itu kewajiban yang memang harus dilaksanakan, kenapa harus melangkah setengah-setengah bukan totalitas? Toh sama-sama kepala tertutup juga. Ibarat kata sudah nanggung. Tidak usahlah takut dibilang ketinggalan jaman karena jilbab itu tidak termakan oleh jaman. Tidak perlu pula terlalu mengikuti trend yang selalu berputar dan cenderung ikut-ikutan, toh syari'at jilbab dari dulu hingga kiamat kelak tetaplah sama tidak berubah. Melaksanakan kewajiban sesuai syari'atnya tanpa perlu modifikasi.
Suatu ketika saya iseng masuk ke sebuah forum yang sedang membahas tentang LGBT, isu yang tengah hangat akhir-akhir ini. Diskusi hangat yang berakhir seperti debat kusir. Tapi ada satu postingan yang bagus dari salah satu member. Kurang lebih isinya begini:
"Fenomena LGBT sekarang ini justru semakin membuktikan kebenaran syari'at Islam. Islam mewajibkan muslimahnya untuk menutup aurot. Ini membuat para lelaki akan merasa penasaran dengan apa yang berada dibalik jilbab itu. Apalagi bagi yang memakai cadar, lelaki akan lebih penasaran hanya dari matanya yang indah itu. Dari situ lelaki akan 'menggilai' perempuan. Tapi coba tengok fenomena yang terjadi sekarang, di jalan-jalan, di mal, di pasar dan di tempat umum lainnya, kita akan mudah sekali menemukan wanita yang dengan sukarela mengumbar aurot mereka. Lelaki yang melihat memang akan terpesona dengan pemandangan di depannya. Tapi hanya sesaat saja karena lelaki itu pasti mikir 'isinya sama saja dengan yang barusan lewat'. Dari situ lelaki mulai tidak tertarik dan penasaran lagi dengan wanita, lha asetnya sudah dibeberkan secara cuma-cuma. Lelaki pun akhirnya akan mulai bosan --apalagi dengan laki-laki yang banyak bergaul dengan perempuan-perempuan cantik terutama di dunia entertaintment-- mereka akan mencari sesuatu yang berbeda yang lebih membuat penasaran. Maka muncullah fenomena LGBT ini." Nah kan, sungguh luar biasa kalau syari'at Islam yang satu ini ditegakkan dengan sungguh-sungguh sesuai konteksnya. Akan banyak manfaat yang diambil oleh ummat manusia lain. Hanya saja sekarang syari'at itu 'agak' dimodifikasi menjadi sebuah tren yang sudah agak melenceng dari konteksnya. Seperti dengan tayangan yang saya ambil contoh diatas, berhijab tapi tidak sesuai syari'at. Jangan sampai kita menjadi bagian yang disabdakan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam tentang salah satu tanda-tanda kiamat; berpakaian tapi telanjang. Kita mungkin sudah merasa melaksanakan kewajiban menutup aurat tapi ternyata tidak sesuai dengan syari'at yang dianjurkan. Bukankah itu hanya sia-sia belaka?
Sabtu, 27 Februari 2016
09.54 by Eko RaishaNo comments
Ya, seperti inilah nasib tulisan seorang ibu rumah tangga yang masih mempunyai 'seorang' balita laki-laki usia 2,5 tahun; sering macet. Ibarat jalan aspal berkedudukan rendah yang sering becek kena air hujan dan luapan selokan di kiri kanan bahu jalan bagi kendaraan bermotor; pelan-pelan khawatir ban slip karena jalan berlobang tidak rata bahkan kadang mandeg begitu saja mesin mati kelelep air luapan selokan (pengalaman pribadi :D). Ditambah dengan suasana hati yang naik turun menjadikan lanjutan kisah ini agak molor, hehe...
Tapi memang, mempunyai balita dengan usia-usia seperti saat ini (apalagi laki-laki yang katanya lebih aktif dari balita perempuan, entahlah...) memang cukup menguras fikiran dan tenaga. Keingintahuan yang semakin meningkat diiringi daya eksplorasi yang semakin membuat saya sering-sering mengurut dada. Luapan perasaan dan emosi pun semakin memperlihatkan taji nya. Kepemilikan akan 'abi dan ibu' juga tidak jauh beda. Apalagi saya sebagai ibu yang sehari-hari selalu membersamainya, tidak ada satu kegiatan pun yang tidak memakai kata 'ibu'. Selalu ibu, sama ibu, harus ibu, tidak mau kalau tidak dengan ibu, wew... Mengharukan memang seakan-akan saya lah yang selalu dibutuhkan setiap saat meskipun suatu saat nanti semua itu pasti akan luntur (sedih...).
Tapi jika suasana hati sedang tidak menentu, rasa capek dengan aktifitas rumah tangga lain yang tidak pernah ada jedanya (apalagi tanpa ada orang lain yg turut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah), pasti langsung senewen sendiri, "apa-apa kenapa mesti ibu, sih...?". Karena konon katanya, seorang ibu (apalagi seorang ibu muda yang masih mempunyai sisa-sisa kejayaan dan kebebasan saat masih gadis, hehe...) yang mempunyai seabrek aktifitas rumah dan mengasuh balita yang super duper lincah hendaknya ada waktu untuk 'me time'. Ada saatnya waktu untuk sendiri tanpa ada gangguan dari si lincah, merileksasi otot-otot dan pikiran yang tegang, menyalurkan hobi positif yang tertahan dan tertunda, tidur siang sebentar, atau bahkan hanya sekedar duduk-duduk selonjor saja. Biasanya itu hanya bisa didapatkan jika si kecil sedang terlelap, itu pun bukan 'me time' sempurna karena jika si kecil sedang terlelap pasti ada saja kerjaan rumah yang gatal ingin segera dipegang. Nah, saat-saat seperti inilah peran suami diperlukan. Untuk sementara tugas mengurus anak dialihkan ke suami, tentu dengan ridha dan pengertian suami ya, karena suami pasti juga sudah terlalu capek dengan urusan di kantornya. Kerja sama dan kekompakan suami istri memang harus dijaga dalam mengasuh anak agar tidak ada ketimpangan. Dan tujuan mempunyai anak juga harus jelas kan, anak bukan hanya sekedar investasi akhirat bagi kedua orang tuanya, lebih dari itu anak adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan. Seyogyanya mengasuh anak agar menjadi shalih-shalihah juga dipikul bersama.
Tapi meskipun begitu, mempunyai balita itu sangat menyenangkan. Selincah apapun balita tapi dia tetaplah pribadi yang polos dan apa adanya. Kemampuan indranya yang masih terbatas menjadi hiburan tersendiri. Kelucuan-kelucuan spontan tanpa rekayasa. Lihatlah saat dia lincah tengkurap, glundang-glundung diatas kasur seperti bola. Mulai saat merangkak, (maaf) pantat gembil goyang-goyang mengejar botol mineral. Sudah bisa mulai berjalan, jalan lucu mirip anak habis disunat. Jalan sudah lancar mulai bisa lari, segala perabot rumah ditabrak karena rem nya kurang pakem. Mulai bisa bicara, bahasa pelo dan bahasa planet sudah mulai keluar. Nah yang ini kadang saya sampai bengong berpikir keras, ini anak sebenarnya minta apa sih...? Jangan lupa kalau balita sedang bicara, perhatikan juga mimik mukanya yang manyun monyong seru menggemaskan. Tingkah polah yang ikut-ikutan orang dewasa disekitarnya (jujur saya masih heran dan bingung dengan tingkah baru balita saya. Kadang memainkan mainan kecil berwujud stick di mulutnya, keluar masuk mulut mirip orang yang sedang asyik merokok. Meniru siapa coba orang abinya juga tidak pernah merokok :speechless: ).
Itu pula yang dialami oleh Rasulullah terhadap dua cucu kesayangan Beliau; al-Hasan dan al-Husain. Beliau sangat mencintai kedua cucunya ini.
Al-Hasan merupakan pemimpin pertama dari Ahlul Bait. Dia lahir dari leluhur yang mulia; suci benihnya dan indah hasilnya. Dia adalah pemimpin dengan nasab yang mulia. Dia adalah cucu tersayang pertama Rasulullah yang lahir pada bulan Ramadhan tahun 3 H.
Adapun al-Husain, dia merupakan pemimpin kedua dari keturunan Ahlul Bait. Di dalam dirinya tersemat kemuliaan akhlak yang berpadu dengan kemuliaan nasab. Seorang pemimpin yang dicinta, sosok bijak dan figur yang dekat di hati setiap orang. Dialah cucu tersayang kedua Rasulullah yang lahir pada bulan Sya'ban tahun 4 H. Jeda waktu antara persalinan Fathimah yang pertama dan kehamilannya yang kedua hanya satu kali masa suci.
Abdullah bin Umar menyebutkan; Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berkata tentang al-hasan dan al-Husain ini:
"Keduanya adalah raihanah-ku di dunia ini."
Raihanah adalah sejenis tumbuhan yang biasa dicium karena berbau harum. Melalui sabda 'di dunia ini', Rasulullah ingin menunjukan bahwa al-Hasan dan al-Husain merupakan salah satu wangi duniawi yang dianugerahkan kepada Beliau. Artinya, Allah memuliakan Beliau -salah satunya- melalui kehadiran kedua cucunya tersebut, dan Dia menjadikan Beliau mencintai mereka. Dan, karena umumnya orang dewasa suka mencium bau wangi anak-anak dan mengecup mereka, maka keduanya pun diibaratkan raihan yang mengeluarkan aroma wangi.
Abdullah bin Umar juga menuturkan tentang kepemimpinan al-Hasan dan al-Husain bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Al-Hasan dan al-Husain adalah dua pemimpin para pemuda penghuni surga. Sementara ayah mereka berdua lebih baik daripada keduanya"
Riwayat Imam Ahmad dalam Musnad-nya; Abu Hurairah menuturkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Siapa saja yang mencintai keduanya (al-Hasan dan al-Husain), berarti dia mencintaiku; dan siapa saja yang membenci keduanya, berarti dia membenciku."
Dan juga sabda Beliau:
"Husain adalah bagian dariku, dan aku adalah bagian dari Husain. Allah akan mencintai orang yang mencintai Husain. Husain adalah salah satu cucuku (dari anak perempuanku)."
Dibawah ini ada sepenggal kisah pelaziman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan keluarga Beliau akan susu kambing yang tidak terlepas dari kecintaan Beliau terhadap keluarganya.
Kisah ketiga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama keluarganya
Rasulullah begitu mencintai al-Hasan dan al-Husain. Jika tidak mendapati keduanya di masjid, Beliau akan mencari mereka di rumah putrinya. Meskipun kesibukan dalam mengemban risalah Islam begitu padat, Beliau tetap mengalokasikan waktunya yang sangat berharga untuk al-Hasan dan al-Husain, serta kedua orang tua mereka. Seperti itulah wujud kecintaan Beliau terhadap keluarganya. Bahkan, Beliau menyampaikan kabar gembira bahwa mereka akan tetap bersama-sama di taman Surga kelak.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya; Ali bin Abu Thalib menuturkan: Rasulullah pernah masuk ke rumahku saat aku sedang tidur lelap. Tidak lama kemudian al-Hasan atau al-Husain minta minum. Maka Rasulullah menghampiri kambing betina yang belum pernah beranak milik kami. Lalu Beliau memerah susunya, dan air susunya pun banyak keluar. Al-Hasan lalu mendekati Beliau, namun Beliau menjauhkan susu itu darinya.
Melihat itu, Fathimah bertanya: "Wahai Rasulullah, sepertinya dia -al-Husain- yang lebih engkau cintai." Beliau menyanggah: "Tidak, tetapi dia (al-Husain) yang lebih dahulu meminta minum." Setelah itu, Beliau bersabda: "Sungguh, aku, kamu, dua anak ini dan laki-laki yang sedang terlelap itu -maksudnya Ali- akan berada di tempat yang sama pada hari Kiamat kelak."
Perpisahan keduanya dengan Rasulullah terjadi saat mereka masih anak-anak, yakni di Senin pagi tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 H.
Semoga bermanfaat...
Kamis, 18 Februari 2016
08.49 by Eko RaishaNo comments
Masih lanjutan dari postingan sebelumnya tentang pelaziman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan susu kambing. Kisah ini terjadi saat Beliau akan melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah bersama shahabatnya; Abu Bakar ash Shiddiq
Kisah kedua saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berhijrah
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meninggalkan rumah pada malam hari tanggal 27 Shafar tahun 14 dari nubuwah menuju rumah sahabatnya, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, lalu berdua mereka meninggalkan rumah dari pintu belakang untuk keluar dari Makkah secara tergesa-gesa sebelum fajar menyingsing. Jalur utama ke Madinah yang mengarah ke utara adalah jalur satu-satunya, namun hal ini memungkinkan bagi Quraisy (orang-orang Quraisy mencari Beliau mati-matian) untuk menemukan Beliau. Untuk itu Beliau justru mengambil jalur yang berbeda -yang mengarah ke Yaman- dari Makkah ke arah selatan.
Beliau menempuh jalan ini sekitar lima mil hingga tiba di sebuah gunung yang disebut gunung Tsaur. Ini termasuk jalan yang menanjak, sulit dan berat, banyak bebatuan besar yang harus dilewati. Beliau tidak mengenakan alas kaki. Bagaimanapun keadaannya, yang pasti Abu Bakar sempat memapah Beliau saat sudah tiba di gunung dan mengikat badan Beliau dengan badannya hingga tiba di gua di puncak gunung. Gua itu dikenal dengan nama gua Tsaur. Setibanya di mulut gua, Abu Bakar berkata, "Demi Allah, janganlah engkau masuk ke dalamnya sebelum aku masuk terlebih dahulu. Jika di dalam ada sesuatu yang tidak beres, biarlah aku yang terkena, asal tidak mengenai engkau."
Lalu Abu Bakar masuk ke dalam gua dan membersihkan kotoran yang menghalangi. Disebelahnya dia mendapatkan lubang. Dia merobek mantelnya menjadi dua bagian dan mengikatnya ke lubang itu. Robekan satu lagi dia balutkan ke kakinya. Setelah itu Abu Bakar berkata kepada Beliau, "Masuklah!" Maka Beliau pun masuk ke dalam gua, Beliau merebahkan kepala di atas pangkuan Abu Bakar dan tertidur.
Tiba-tiba Abu Bakat tersengat hewan dari lubangnya. Namun dia tidak berani bergerak karena takut akan mengganggu tidur Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam. Dengan menahan rasa sakit, air matanya menetes ke wajah beliau. "Apa yang terjadi denganmu wahai Abu Bakar? " tanya Beliau. Abu Bakar menjawab, "Demi ayah dan ibuku menjadi jaminanmu, kakiku digigit binatang." Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam meludahi bagian yang digigit sehingga hilang rasa sakitnya.
Mereka berdua bersembunyi di dalam gua selama tiga malam, yaitu malam Jum'at, malam Sabtu dan malam Ahad. Jika malam hari Abdullah bin Abu Bakar selalu berada bersama mereka. Dia meninggalkan keduanya pada akhir malam dan pagi harinya menyelusup ke tengah orang-orang Quraisy untuk mengetahui kondisi di Makkah dan menyampaikannya kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam, sehingga seperti orang yang tidak pernah kemana-mana. Abu Bakar juga mempunyai pembantu, Amir bin Fuhairah yang bertugas menggembala domba-dombanya. Pada petang hari dia menggembala didekat gua, sehingga mereka berdua bisa mengambil susunya untuk diminum. Amir menunggu domba-domba itu hingga akhir malam. Begitulah yang dia lakukan selama tiga malam itu. Kemudian Amir menggiring domba-dombanya mengikuti langkah kaki Abdullah bin Abu Bakar setelah meninggalkan gua menuju Makkah, untuk menghilangkan jejak kakinya.
Dari petikan kisah diatas, ada beberapa point penting yang bisa kita jadikan hikmah:
Point pertama
Beratnya perjalanan hijrah itu. Selain Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dikejar-kejar oleh orang-orang Quraisy yang hendak ingin membunuhnya, perjalanan yang ditempuh pun tidaklah mudah. Beliau bersama Abu Bakar melewati jalur yang tidak biasa dilewati dan medannya pun sangat tidak mudah.
Point kedua
Kesetiaan dan keutamaan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Abu Bakar tahu bahwa menyertai Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam berhijrah berarti nyawanya pun terancam. Tapi Abu Bakar tetap menyertai Beliau bahkan perbekalan pun sudah dipersiapkannya jauh-jauh hari. Dalam riwayat Al-bukhari disebutkan, Abu Bakar Ash-shiddiq merawat dan memberi makan dua ekor unta yang ada padanya dengan pohon samur selama empat bulan. Ia sejak awal telah menyiapkan sarana prasarana untuk hijrah, mengatur semua perbekalannya dan memperdayakan keluarganya untuk membantu Rasulullah. Pun saat perjalanan hijrah itu, Abu Bakar rela mati dan rela melakukan apa pun demi keselamatan Rasulullah dan suksesnya hijrah itu. Tidak heran jika Abu Bakar disebut didalam QS. At-Taubah: 40 karena keutamaannya ini:
"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyirikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, " Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Dia menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Point ketiga
Sifat amanah yang dipunyai oleh keluarga Abu Bakar hingga pembantunya. Mereka bersinergi bersama-sama demi suksesnya hijrah tersebut dengan sifat loyalitas yang sangat tinggi. Tapi memang, orang Arab jaman dahulu terkenal sangat anti dengan sifat khianat maka dari itu dahulu mereka sangat menjunjung suku dan kabilahnya. Mereka sangat berusaha untuk menepati janji.
Point keempat
Point terakhir dan inilah point yang utama dari tulisan ini sebenarnya :D. Bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam minum susu kambing/domba fresh tanpa proses apa pun. Sama seperti susu kambing kambing kami ini, susu kambing segar mentah yang diambil langsung dari peternak. Untuk menjaga kesegaran dan kandungan susu ini, kami masukkan ke dalam freezer yang bertahan hingga 35 hari dari hari pemerahan. Menjadikan wujud susu ini beku atau frozen.
Semoga bermanfaat dan selamat mencoba susu kambing cair murni yang dibekukan ini ya... Dari berbagai sumber.
Langganan:
Postingan (Atom)