Selasa, 13 Oktober 2015



Oktober semangat. Alhamdulillah sudah memasuki bulan Oktober. Saat saya berjibaku dengan tulisan ini Alhamdulillah sudah memasuki Tahun Baru Hijriyah 1437 H. Malam satu Suro kalau orang Jawa menyebutnya. Ada apakah dengan malam satu Suro? Ada artikel menarik yang saya dapatkan dari majalah Ar-risalah edisi bulan ini yakni Edisi 172 bulan Dzulhijjah-Muharram 1437 H.

Judulnya : Amalan Bid'ah vs Amalan Sunah di Bulan Muharram 

Muharram adalah bulan yang mulia, hingga Allah menjadikan bulan tersebut sebagai salah satu bulan haram. Maknanya di bulan tersebut diharamkan melakukan pertumpahan darah (perang).

Empat bulan haram itu dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya :
"Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bukannya berturut-turut  yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhar yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam penanggalan tahun Jawa, bulan Muharram dikenal dengan sebutan bulan Sura. Sudah menjadi 'keyakinan' bagi sebagian masyarakat Indonesia -Jawa khususnya- bahwa bulan Muharram atau bulan Sura adalah bulan keramat. Masih ada keyakinan a keyakinan serta ritual atau amalan-amalan 'nyleneh' yang dilakukan menjelang dan selama bulan Sura, diantaranya:

Siramana malam satu Sura, yaitu mandi besar dengan menggunakan air serta dicampur kembang setaman. Tapa mbisu, yaitu tidak bicara ketika berjalan mengelilingi kraton. Jamasan (mencuci) pusaka dan mengaraknya mengelilingi kraton. Ruwatan, yang berarti pembersihan dari sukerta atau kekotoran. Juga berziarah ke beberapa makam yang dianggap keramat.

Pada bulan itu mereka tidak berani mengadakan  acara pernikahan. Karena menurut klaim mereka pernikahan yang dilangsungkan pada bulan Muharram kerap mendatangkan sial bagi pasangan, seperti perceraian, kematian, tidak harmonis, dililit hutang dan sebagainya. Bahkan, banyak yang menyampaikan alasan yang tidak masuk akal. Misalnya, pada bulan Suralah penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, melangsungkan hajat pernikahan.

Semua keyakinan dan amalan tersebut tidak ada satupun dalilnya dari Al Qur'an dan Sunah juga salaf shaleh, sehingga akan terjerumus kedalam lobang kebid'ahan dan kesyirikan.

KEMULIAAN BULAN MUHARRAM 
Islam menyebut bulan Muharram sebagai syahrullah (bulan Allah). Rasulullah bersabda,
"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram.  Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam." (HR. Muslim)

Bulan ini istimewa karena disebut dengan syahrullah yaitu bulan Allah. Az Zamakhsyari mengatakan, "Bulan Muharram ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafal jalalah 'Allah' untuk menunjukan mulia dan agungny bulan tersebut."

Hasan al-Bashri berkata, "Sesungguhnya Allah membuka awal tahun dengan bulan haram dan menutup akhir tahun dengan bulan haram pula. Tidak ada bulan agung disisi Allah setelah Ramadhan dibandingkan dengan bulan Muharram"
Abu Utsman An Nah di mengatakan:
"Para salaf mengagungkan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama:  sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari pertama bulan Muharram."

Mendapati bila  Muharram merupakan kenikmatan tersendiri bagi seorang mukmin. Karena bulan ini sarat dengan pahala dan ladang beramal bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan hari esoknya.

Berikut ini amalan-amalan sunah yang dianjurkan di bulan ini :

PERBANYAK AMALAN SHALIH DAN JAUHI MAKSIAT 
Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu berkata tentang tafsir Surat at-Taubah ayat 36, "...maka janganlah kalian menzalimi diri kalian..." Allah telah mengkhususkan empat bulan  dari kedua belas bulan  tersebut. Dan Allah menjadikannya sebagai bulan suci, mengagungkan  kemuliaan-kemuliaannya, menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan tersebut lebih besar (dari bulan-bulan lainnya) serta memberikan pahala (yang lebih besar) dengan amalan-amalan shalih."

Mengingat besarnya pahala yang diberikan  oleh Allah melebihi bila  selainnya, hendaknya kita perbanyak amalan-amalan ketaatan pada bulan Muharram ini dengan membaca Al Qur'an, berdzikir, shadaqah, puasa dan lainnya.

Selain memperbanyak amalan ketaatan, tak lupa untuk menjauhi maksiat kepada Allah dikarenakan dosa pada bulan-bulan haram lebih besar dibanding dengan dosa-dosa selain bulan haram.

Qatadah rahimahullah juga mengatakan, "Sesungguhnya kezaliman pada bulan-bulan haram lebih besar kesalahan dan dosanya daripada kezaliman yang dilakukan di luar bulan-bulan haram tersebut. Meskipun kezaliman pada setiap kondisi adalah perkara yang besar, akan tetapi Allah menjadikan sebagian dari perkara menjadi agung sesuai dengan kehendaknya."

MELAKSANAKAN PUASA 
Rasulullah bersabda, "Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram."

Maksud puasa disini adalah puasa secara mutlak. Dan minimal nya bagi kita tidak meninggalkan puasa Assyura yang merupakan  kebiasaan para salaf.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu, sesungguhnya Rasulullah melakukan puasa Assyura dan memerintahkan para sahabat untuk melakukannya." (Muttafaq 'alaih)

Sedangkan mengenai pahalanya termaktub dalam sebuah hadits, "Sesungguhnya Rasulullah ditanya tentang pahala puasa Assyura maka beliau bersabda, "Akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim).

Cara melakukannya sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Utsaimin. Ia menyebutkan bahwa para ulama, diantaranya Ibnuk Qayyim, membagi puasa ke dalam tiga tingkatan:
1. Berpuasa tanggal 9 & 10 Muharram dan ini yang paling utama. Karena Rasulullah bersabda, "Kalau aku masih hidup tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 (Muharram)." (HR. Muslim)
2. Puasa tanggal 10 & 11 Muharram, agar menyelisihi puasanya orang-orang Yahudi.
3. Puasa pada tanggal 10 Muharram saja dan ini hukumnya makruh menurut sebagian ulama karena akan menyerupai puasanya orang Yahudi. Tapi ada ulama lain yang membilehkannya meskipun  pahalanya tidak sempurna jika digandengkan dengan puasa sehari sebelumnya (tanggal 9 Muharram).

Semoga kita dapat memuliakan bulan Muharram dengan rangkaian ibadah sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Aamiin...

Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar